Oleh Nasuha Abu Bakar MA
Lumayan lama waktu yang dibutuhkan untuk merenung walaupun disebutkan sesaat. Kami para jamaah tidak ada keberanian untuk mengelak waktu yang digunakan oleh Pak Ustadz Dzul Birri dalam perenungannya.
Entah apa yang di dalam pikiran pak ustadz yang bergelut, berkecamuk sehingga membuat beliau terdiam beberapa saat. Bahkan lumayan agak lama. Setelah terdiam beberapa saat, kemudian beliau memulai wejangan malam Jumat Kliwonannya.
“Entah siapa yang mengawali dan memulai memberikan singkatan RS kepanjangan dari rumah sakit, padahal menurut saya tidak tepat bahkan tidak baik bila RS kepanjangan dari kata rumah sakit. Karena diterjemahkan rumah sakit, maka banyak mengalami beban psikologis, sehingga kadang drastis menurun kesehatannya. Terlebih kondisi Covid sekarang banyak warga dan masyarakat berpikir berulang ulang kalau mau ke rumah sakit walaupun sebenarnya badannya sudah mengalami sakit sakit,” tegas Pak Ustadz Birri.
Lebih lanjut beliau mengatakan:
“Mungkin sebaiknya kita maknai RS itu menjadi rumah sehat bukan rumah sakit sehingga calon pasien tidak mempunyai kekhawatiran bertambah tambah atas bkeluhan sakit nya. Bisa saja baru dikabari bahwa dia akan dibawa ke rumah sehat berpengaruh terhadap psikologisnya mendadak berubah sembuh dan sehat. Kebijakan dokter dan rumah sehat seiring sejalan dengan regulasi yang sudah dibangun, selain mengangkat nilai nilai kemanusiaan juga dikuatkan dengan janji dan sumpah dokter yang tidak lain tujuannya memberikan pelayanan dan membaca kesehatan dan keselamatan masyarakat. Di samping itu adanya pengawasan dari pihak pemerintah dan anggota DPRD dan DPR RI agar dapat dilaksanakan peraturan dan perundang-undangan nya. Dengan demikian masyarakat memperoleh pelayanan dan perlakuan yang istimewa. Dengan cara seperti ini hak warga dan masyarakat dapat dipenuhi dengan baik. Pemerintah bekerjasama dengan wakil rakyat secara bersama sama melindungi hak masyarakat.”
Di musim Corona sejak pertengahan Maret hingga sekarang perasaan takut menghantui mental masyarakat secara umum dan sangat menghawatirkan. Karena sekarang wabah Corona ini bukan saja membuat rasa takut pada pasien positif Covid saja, tetapi beban psikologis bagi keluarganya banyak yang diisolasi oleh masyarakat. Hukuman isolasi nya sangat berat karena mereka harus menjauhkan penduduk. Ini kan jadi repot. Akibatnya yang mati bukan saja yang sudah meninggal dunia akan tetapi keluarganya yang masih hidup pun dijauhi oleh masyarakat lainnya seperti orang yang sudah meninggal saja. Itu adalah penyakit masyarakat milenial. Semoga saja Allah segera mengangkat Corona dari tanah Nusantara dan digantikan dengan keberkahan.
Wallaahu ‘alamu bish shawaab wa ilahil musta’aan
Sabiluna, Jumat 11 September 2020, pukul 14.14 WIB.