AL-QURAN RAMALKAN KEHANCURAN ISRAEL

Situasi ketika Iran gembur Israel beberapa waktu lalu
bombardir israel iran, tegaskan sebagai pertahanan diri yang sah

Dan Telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. (QS. Al-Isra [17]: 4).

Penulis: Taufiq Munir *)

Taufiq Munir (Penulis)AYAT ini terdapat pada surah al-Isra, 111 ayat, yang diturunkan di Makkah. Sudah umum diketahui alasan mengapa ayat ini disebut  Al-Isra’, karena pada ayat pertamanya menyinggung tentang perjalanan Isra-Mi’raj Rasulullah Muhammad saw yang belum pernah dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya, bahkan oleh makhluk Allah yang manapapun setelah itu.

Topik utama surah ini tak lepas dari masalah-masalah teologis seperti umumnya surah-surah ‘Makiyah’ lainnya. Surah ini juga menyinggung syariat ibadah, norma susila, etika, nilai-nilai spiritual, isyarat kosmis dan beberapa catatan sejarah.

Di kesempatan ini Penulis berfokus pada masalah ayat keempat yang meramalkan kehancuran bangsa Bani Israil di muka bumi ini.

PENDAPAT AHLI TAFSIR

  1. Al-Maraghi menulis: yang dimaksud dengan ‘membuat kerusakan dua kali’ ialah: (pertama) menentang hukum Taurat, membunuh nabi Yusya’ dan memenjarakan Armia. (Kedua) yaitu membunuh nabi Zakaria dan punya itikad buruk untuk membunuh nabi Isa a.s. Akibat perbuatan tersebut, Yerusalem dihancurkan.
  1. Dalam “Fi Zhilal al-Quran”, syekh Sayyid Quthb menjelaskan: “ketetapan yang dimaksud ialah ‘ramalan’ dari Allah mengenai sesuatu yang akan terjadi pada mereka dari konteks Kemahatahuan Allah akan sepak terjang mereka. Bukan ketetapan otoritatif akibat perbuatan mereka, sebab Allah swt tak mungkin memberi ketetapan untuk menghancurkan seseorang, Innallaaha laa ya’muru bil fahsyaa…..

Allah swt memutuskan kepada Bani Israil melalui kitab yang diturunkan kepada nabi Musa as bahwa: mereka akan dirusak DUA KALI.

Mereka akan mengejawantahkan kesombongannya, lalu menguasai tanah suci. Ketika tengah pongah-pongahnya menciptakan kelaliman, Allah mengutus seorang hamba pilihan-Nya untuk mensucikan marwah agama, lalu mereka dihancurkan sehebat-hebatnya!

  1. Penulis kitab Shofwat al-Bayan li Ma’ani al-Quran mencatat: “Dan Telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil” maksudnya “Kami wahyukan Bani Israil dalam arti Kami ajari dan Kami beritahukan di dalam Taurat tentang dua kali kerusakan yang akan terjadi pada mereka, tepatnya di negeri Syam”.

Menurut mufasir ini, kerusakan yang dimaksud ada dua hal: Pertama, merubah Taurat dan tidak mau mengamalkannya, menahan dan melukai Armia ketika mengabarkan tentang nabi Muhammad SAW. Kedua membunuh nabi Zakariya as dan Yahya as.

BEBEBAPA INDIKASI NUBUAT DALAM AL-QURAN:

Wa Qadhaina – “Dan Telah Kami tetapkan”

Qadha dalam bahasa Arab artinya menghukum, memerintahkan, memutuskan, atau memberitahu tentang sesuatu ketetapan. Dengan kata lain memutuskan sesuatu baik secara perkataan maupun dengan perbuatan. Kadang qadha juga bermakna mencipta, memperkirakan, berkreasi, dan merampungkan segala urusan.

Qadha lebih khusus daripada qadar karena qadha adalah keputusan dari taqdir. Dengan kata lain qadar ialah takdir sedangkan qadha ialah memutuskan dan memastikan apa yang sudah ditakdirkan, sedangkan qadar ialah sesuatu yang belum “diqadha” (diputuskan), maka masih bisa mengharapkan pembelaan dari Allah. Namun apabila sudah qadha (diputuskan) tidak akan ada lagi pembelaan ataupun menghindarinya.

Kata kerja qadhaina pada ayat di atas bermakna ikhbar (informasi), bukan ijbar (memaksa). Tentu ini berkaitan dengan ilmu Allah swt, suatu ilmu yang syumuli, komprehensif, dan meliputi segala segalanya: baik yang lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. Semua itu milik-Nya, dan karenanya segala bentuk waktu tadi di mata Allah selalu “sedang terjadi” sebab sang waktu adalah ciptaan-Nya sendiri. Sang Khaliq meliputi semua makhluk-Nya. Sedangkan semua ciptaan-Nya, termasuk manusia yang lemah tiada berdaya, tak akan mampu memberi batasan sang Khaliq. Masa depan dalam sudut pandang (ilmu) manusia ialah sesuatu yang belum pernah terjadi, sedangkan menurut ilmu Allah ia “ada” dan memang “nyata”. Karena ia ada dan nyata, maka tak heran jika Allah mengetahui pasti bahwa Bani Israil akan binasa di muka bumi… bahkan dua kali!

Mereka ‘ekspresikan’ segala kesombongannya pada bangsa, ras, suku, dan agama apapun di muka bumi ini, wabilkhusus “tanah suci” Palestina. Ketika mereka sudah benar-benar mencapai puncak keserakahan, Allah swt akan “mengutus” seorang hamba pilihan-Nya yang akan menaklukkan, menghancurkan dan menghinakan mereka selamanya.

…”KEPADA BANI ISRAIL”

Israil adalah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Tiga rentetan nama ini semuanya nabi-nabi Allah yang diutus ke muka bumi. Arti nama Israil ialah ‘hamba Allah’, namun tidak diketahui pasti sejarahnya selain fakta yang menunjukkan bahwa ia dilahirkan di masa kakeknya masih hidup, yaitu Ibrahim alaihissalam. Beliau (Israil alias nabi Ya’qub) meninggal dunia di Mesir di samping anaknya yaitu Yusuf as. Beliau disebut Abul Asbath ‘Bapak Sabath’, dan dari sinilah kemudian anak-cucunya disebut Banu atau Bani Israil. Israil, nama lain dari Ya’qub, menetap di negara Mesir selama 24 tahun. Sebelum meninggal, ia sempat berwasiat kepada anaknya, Yusuf as, agar ia dikebumikan di samping ayahnya, Ishaq as. Yusuf memenuhi amanat tersebut: beberapa saat setelah Ya’qub wafat, ia langsung memboyong orang tuanya di dalam peti ke tanah Palestina, di samping pusara kakeknya.

Beberapa kalangan menyebut bahwa Yahudi sekarang merupakan keturunan nabi Ya’qub. Padahal Yahudi -sama seperti agama-agama sebelumnya- terdiri dari para pemeluk yang berasal dari ras, suku, etnis, budaya dan bangsa-bangsa lain yang ada di jagat ini. Ada pula yang mengeklaim kemurnian darah Yahudi dari percampuran darah lain, klaim dusta dan isapan jempol belaka. Tuduhan-tuduhan tersebut dapat disangkal dengan mudah oleh ilmu genetika. Kehadiran keturuan-keturunan Yahudi dari berbagai suku, bangsa dan ras pada saat ini adalah bukti tentang keragaman usal-usul Yahudi yang heterogen.

Terbukti bahwa Yahudi Khazar (Yahudi Rusia dan Eropa Timur) sudah mencapai 92% Yahudi dunia. Khazar ialah bangsa pagan kuno yang akar sejarahnya dimulai dari Turki, Mongol, dan Tatar yang hidup di wilayah antara lembah Folga dan lembah Danob, laut hitam dan laut Qazwin, dan tak ada kaitannya dengan bangsa Arab ataupun asal-usul semitis. Bangsa ini hidup di dua abad, yaitu abad ke-2 dan abad ke-10 M di kerajaan pagan sekitar laut Qazwin yang dikenal dengan nama kerajaan Khazar. Jalannya memecah Eropa Timur melalui serangkaian perang yang berlangsung berabad-abad.

Pada pertengahan abad 8 M (tepatnya tahun 740 M) para pendeta Yahudi datang ke kerajaan Khazar menawarkan sesuatu. Mereka meminta kepada raja Khazar yang kala itu bernama raja Bulan untuk menerima Yahudi sebagai agamanya. Tak lama akhirnya Bulan masuk agama Yahudi. Seiring dengan masuknya sang raja ke dalam agama Yahudi, kerajaan itu memaksa seluruh penduduknya untuk beragama Yahudi pula. Sejak saat itu agama Yahudi resmi sebagai agama kerajaan.

Di abad-10 M imperium Rusia tetap bertahan dari invasi kerajaan Khazar yang terus memborbardir negara itu. Namun sebagian besar penduduknya berevakuasi ke negara-negara Eropa Timur. Sebagian diantaranya pergi ke Eropa Barat, Amerika dan Amerika Latin. Memang masih ada yang bertahan di sana, namun mereka hanyalah representasi Yahudi imperium kaisar Rusia. Mereka inilah yang kemudian disebut dengan nama Eskanazim (Saknag) alias “Yahudi Eropa Timur”. (Detail sejarah tersebut bisa dibaca pada literatur berikut: [1]. Dunlop, DM 1954; The History of Jewish Khazars, Princeton University Press. [2]. Koestler, Arthur; The Khazars: The Thirteenth Tribe, Its Heritage and Its Empire).

Sedangkan Yahudi non-Khazar kurang dari 8% dari populasi Yahudi dunia saat ini. Mereka adalah Yahudi Asia-Afrika dan negara-negara Andalusia yang dikenal dengan sebutan Esaradim (Sparadim). Ini bukti lain dari sanggahan terhadap satu klaim bahwa Yahudi terhindar dari percampuran darah dengan ras-ras lain di luar darah aslinya. Juga, bukti yang memperkuat kegagalan suatu teori bahwa Yahudi berkaitan langsung dengan nabi yang mulia, Ya’qub alaihissalam. Satu tuduhan yang tentu saja ditentang ilmu genetika, terlebih lagi ilmu sejarah.

Paparan ini bisa menjelaskan lebih jauh bahwa ungkapan Bani Israil (anak-anak Israil) dalam al-Quran bukanlah ungkapan rasis, karena al-Quran hanya menegaskan kesatuan bangsa manusia dan merefer satu unifikasi umat manusia itu pada satu ayah. Di sini kitab suci hanya menyebut satu komunitas yang memiliki tingkat keegoan tinggi yang dengan lancang selalu menyebut keyakinan yang salah bahwa hanya mereka bangsa yang terpilih, anak-anak dan kekasih-Nya sedangkan makhluk-makhluk di luar komuntiasnya laksana binatang berkepala manusia sehingga mereka layak menjadi pelayan mereka. Tuhan, kata mereka, adalah Tuhannya Israel dan bangsa Israel saja. Sedangkan di luar mereka, tidak memiliki Tuhan sama sekali. Dengan dalih itulah mereka menghalalkan apa saja: darah, kehormatan, harta dan tanah milik orang lain. Mereka halalkan apa saja, sebab itu merupakan bentuk taqarub mereka kepada tuhan. Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah, karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.

Berangkat dari perspektif rasial, Yahudi menjadi komunitas yang paling fanatikis dan intoleran terhadap orang lain di luar bangsanya. Al-Quran sendiri menyebut rentetan kepribadian, spesifikasi, ataupun unsur-unsur kejiwaan mereka yang semuanya membentuk frame pribadi yang despotis, arogan, pongah, angkuh, berkepala batu, merasa paling ‘super’ dibanding yang lain, hingga tak ragu bertindak lalim dan barbarian. Jangan lupa, mereka juga paling piawai berkhianat, melanggar janji atau kesepakatan, selalu iri pada pihak lain, dengki terhadap keberhasilan negara lain, dan selalu memaksakan diri berbuat onar di muka bumi.

Track record kaum Yahudi juga tercatat abadi sebagai kaum penyebar kemungkaran, penghancur nilai-nilai moral dan norma masyarakat. Contoh kongkritnya adalah wujudnya serangkaian pembunuhan yang mereka lakukan terhadap para nabi, atau sesama mereka sendiri. Watak asli Yahudi tak pernah berhenti hingga kini: mereka tak pernah sungkan melakukan fitnah dan makar yang akhirnya menyulut api perang di dunia ini. Yahudi yang berdarah-darah di sepanjang sejarah tak pernah menyurutkan niat untuk mencapai perubahan. Mereka akan tetap menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk memberangus umat manusia, sebab -menurut mereka- “kami adalah bangsa pilihan Tuhan, anak-anak Tuhan, kekasih Tuhan.” Kesombongan yang luar biasa. Karena itu Allah berfirman: Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”.

KAMU AKAN MEMBUAT KERUSAKAN DI MUKA BUMI INI DUA KALI!

Pendapat yang paling otentik menyebut bahwa dua kali kerusakan yang dimaksud tentunya perlakuan yang terkotor dan yang terkejam diantara kejahatan-kejahatan lain yang pernah mereka lakukan sepanjang sejarah. Pendapat ini beralasan bahwa berbuat onar merupakan bagian yang terpisahkan dari mainframe psikologis mereka. Karena itu pada ayat selanjutnya al-Quran menyebut: “dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-Isra [17]: 8).

Awal pengrusakan yang paling fatal dilakukan kaum Bani Israil –menurut kalangan ahli tafsir–, ialah saat mereka berada di Madinah. Ketika itu mereka kembali menghadap Rasul dan menolak dakwahnya. Mereka sempat melobi Rasulullah, lalu kemudian membatalkan secara sepihak seluruh kesepakatan yang dibuat bersama. Sejalan dengan pengkhianatan tersebut, mereka bekerjasama dengan kaum pagan untuk mengagitasi Rasulullah saw. Tak hanya itu, mereka bahkan berusaha meracuni dan membunuh Rasulullah saw, namun berkat pertolongan-Nya usaha mereka tidak berhasil. Kendatipun demikian, pengkhianatan demi pengkhianatan yang dilakukan Yahudi Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Yahudi Khaibar tetap berlangsung. Lalu Rasulullah memerintahkan agar mereka disingkirkan secara total dari jazirah Arabia. Sejak saat itulah jazirah Arab steril dari Yahudi-Yahudi pembangkang.

Pengrusakan besar-besaran yang kedua yang dilakukan Yahudi dimulai di bumi Palestina, tepatnya di tahun 1649. Saat itu mereka mendirikan gerakan Zionis di Inggeris yang menyerukan para penganut Yahudi untuk berpulang ke tanah Palestina setelah dikucilkan selama 1600 tahun. Oleh karena itu mereka mulai menghimpun action-plan berupa menghancurkan negara khilafah islamiyah yang saat itu tengah berjaya.

Rencana tersebut terlaksana, khilafah Islam itu dipecah melalui serangkaian perang yang berkecamuk tanpa henti. Negara-negara yang semula bersistem khilafah itu dipenggal menjadi 75 negara dan negara-negara kecil. Lalu di tangan Barat negara-negara itu dikapling dan dijajah satu persatu.

Di tahun 1799 mereka menyerukan imigrasi ke Palestina dan bermukim di tanah milik Palestina tahun 1854 melalui tekanan negara-negara Barat. Kemudian mereka mendirikan Persatuan Israel Dunia di Perancis tahun 1860. Di tengah-tengah cengkeraman penjajah di tanah Arab, mulailah eksodus besar-besaran kaum Yahudi ke tanah Palestina.

Lalu di tahun 1895 seorang Yahudi berkelahiran Austria, Hertzel menerbitkan sebuah buku “Jews State” dan menggelar Konferensi Zionis pertama di tahun 1897. Konferensi selanjutnya masih terus digelar hingga kini. Melalui konferensi tersebut, Yahudi berhasil menyulut Perang Dunia I dan II sehingga Inggeris mendeklarasikan Perjanjian Balfoure di tahun 1917 dan menggagas Revolusi Komunis di Rusia pada tahun yang sama.

Melalui mandat Inggeris, rencana pendudukan Yahudi dunia di tanah suci Palestina berjalan mulus. Kesemuanya merupakan konspirasi global Yahudi di seluruh dunia baik tersembunyi atau terang-terangan.

Lalu di tahun 1924 negara khilafah islamiyah benar-benar berakhir. Seiring dengan keruntuhan itu, empat tahun kemudian kaum Yahudi mendirikan negara Zionis dengan pongahnya. Empat kali perang berkecamuk sengit dengan korban sipil tak berdosa melalui pembantaian yang tak berperikemanusiaan. Perang tersebut menimbulkan kerusakan besar di wilayah itu sehingga keadaannya menjadi lebih kacau daripada berpuluh-puluh tahun sebelumnya.

Tekanan internasional terhadap bumi Palestina terus berlangsung, dan fakta seakan menerima adanya spesies zionis asing di jantung wilayah Arab tersebut. Makhluk-makhluk berdarah zionis tersebut terus tumbuh secara militer hingga menjadi sel kanker yang mengancam kehancuran seluruh tubuh wilayah itu. Apa yang terjadi di bumi Palestina sepanjang abad, dan realisasi operasi militer pada Oktober tahun lalu hingga kini berupa penyerangan membabi buta terhadap Penduduk Gaza dan negara berdaulat Lebanon dan Yaman tanpa mengindahkan kecaman dunia internasional, merupakan bukti keserakahan, kesombongan, kepongahan dan sikap arogan yang sangat terlalu. Sekali lagi nubuat (ramalan) al-Quran yang terekam 1400 tahun terbukti lagi:

Dan Telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al-Isra [17]: 4-8).

Ayat ini turun lebih dari 14 abad yang lalu, akan tetapi kepongahan, keangkuhan dan tindakan babarian Israel di jantung wilayah Arab hari ini dan seterusnya akan mereka lakukan tanpa akhir. Kekurangajaran militer Israel dan perasaan tinggi hati dengan serangkaian penghancuran masal terhadap infrastruktur di beberapa tempat di Palestina dan Libanon merupakan saksi paling akurat akan keberanan al-Quran. Dengan demikian, janji Allah sudah benar-benar dekat: …Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya (QS. Yusuf [12]: 21). Wallahu a’lam.

*) KH. Taufiq Munir, MH. Pengurus Majelis Ulama Indonesia dan Pengasuh Pondok Modern Daarul Hikmah, Tangerang.